2011 pernah ngontrak rumah lalu bekerja di pbf obat jadi di daerah abdurahman saleh, jaraknya cukup dekat tinggal jalan kaki, disini saya merasa lagi bukan layaknya apoteker tapi sebagai administrasi dan tukang angkat2 barang hehe, sampai2 pernah jatuh dari tangga karena pusing kecapekan, lagi2 bertahan disini hanya 3bulan, ada kejanggalan disini dimana kesepakatan gaji awal adalah 1juta 750ribu tapi pas gajian hanya dikasih 1juta 250ribu.
Sama halnya dengan apotek kerja sebagai penanggungjawab teknis harus ada rekomendasi dari ikatan apoteker indonesia, perijinan dari dinas kesehatan kota, dinas kesehatan propinsi dan balai besar pengawas obat dan makanan, sertifikat kompetensi apoteker, surat tanda registrasi apoteker juga surat ijin kerja apoteker dan perjanjian kerjasama dengan direktur perusahaan dari notaris.
Berarti sudah 3x nih punya akte notaris hehe, dan tentunya surat pembatalan kerjasama dengan perusahaan sebelumnya.
Di pbf atau pedagang besar farmasi barang2 dan obat2an lebih banyak karena pbf obat jadi menyalurkan obat2an dari industri farmasi ke apotek2 dan toko obat.
Disini kerja ngurus faktur2 pembelian dan penjualan, angkat telfon dari apotek2, bikin surat pesanan dan koordinasi dengan sales obat pbf buat mendistribusikan ke apotek2 dan toko obat.
Selain adanya perbedaan kesepakatan awal, lagi2 tersangkut perijinan, seperti apotek2 terdahulu yang pernah dikelola ijin tersangkut di kelengkapan administrasi perusahaan dan direksi, biasanya karena belum punya ijin gangguan atau HO yang diurus ke pemerintah kota dan biasanya direksi tidak mau tanda tangan di atas materai bahwa belum pernah terlibat pelanggaran undang2 dan tidak pernah tersangkut hukum atau tidak pernah menggunakan obat2 terlarang.
Hikmahnya kerja di pbf ini bisa punya surat pembatalan kerjasama diatas materai dengan direktur karena apotek sebelumnya direkturnya tersangkut kasus hukum.
Tahun 2013 mengajar di smk daerah mranggen karena rumah di plamongan indah yang masuk kecamatan mranggen.
Seperti biasa mengajar adalah hal yang bikin seneng karena berbagi ilmu, disini aku mengajar selama 1tahun setengah atau 16 bulan, seperti biasa honor mengajar tidak seberapa hanya 300ribu sampai 700ribu rupiah sebulan, tapi ada kepuasan batin, aku mengajar etika pelayanan farmasi, kimia farmasi analisa dan simulasi digital.
Murid dari kelas 1, 2 dan 3 dekat semua denganku, ada yang bandel cari2 perhatian karena mereka merasa jauh dari keluarga tidak boleh pegang handphone karena mereka sekolah sekalian pesantren, mereka merasa orangtuanya hanya memberikan uang dan jauh gak peduli sama mereka.
Seperti kebanyakan anak remaja lainnya ada kenakalan2 seperti pacaran dan ada yang kebablasan sampai hamil, miris dan sedih memang, masa depannya gimana, ada yang anak pembantu tapi cukup cerdas dan rajin, ada yang minum pil ambil di laboratorium muntah2 karena obat2an buat praktek adalah obat kadaluarsa dicampur coca cola sama fanta, Yaa Allah kasian anak2 itu.
Waktu itu sering berdebat dengan yang punya yayasan dan guru2 lainnya kita harus tegas tapi luwes sama anak, dan kita lakukan pendekatan, tapi hanya sedikit yang mendukung.
Dan satu hal yang bikin saya merinding sistem penilaian, masa kita harus meluluskan murid yang nakal, gak rajin bahkan nilai ancur dibawah rata2, bukan masalah tidak kasian tapi kita pendidik harusnya mengajarkan kejujuran dan sikap rajin pada anak, jangan karena anak merasa ini sekolahan baru demi jaga imej dan biar tahun depan muridnya banyak, murid yang nakal tidak rajin juga nilainya tidak memenuhi standar diluluskan bahkan naik kelas.
Sekolah bukan hanya angka lulus dari segi nilai tapi ahlak dan disiplin juga kejujuran. Apa gunanya guru memberi ujian tengah semester atau akhir semester ketika semua harus dinilai lulus semua, kasihan murid yang belajar keras dan sikapnya baik juga rajin. Apa gunanya perubahan kurikulum atau rancangan pembelajaran per semester sementara gurunya aja harus ikut diklat K13 dan membuat RPP atau rancangan pembelajaran persemester, miris hati ini jika dunia pendidikan bobrok gini gimana masa depan Indonesia, hanya secarik nilai di rapot yang menyatakan lulus.
Kecewa iya sangat, tapi tidak bisa berbuat apa2 karena yang selalu jujur pasti tersingkir oleh penjilat dan gila kekuasaan demi rupiah yang tidak seberapa.
Tetapi setidaknya murid2 yang dulu mengikuti prinsipku dan kejujuran juga kedisiplinan ada yang mengirim pesan singkat bahwa mereka berterimakasih atas disiplin, ilmu dan kejujuran karena katanya bermanfaat.
Alhamdulillah setidaknya masih ada yang mau menerapkan nilai2 kebenaran yang sejatinya Islam ajarkan.
Dunia ini fana, akhirat lah yang kekal abadi.
sebagai sesama pengajar saya juga merasakan kesedihan yg sama. sekarang sekolah dituntut untuk meluluskan semua anak meskipun hasilnya memprihatinkan belum lagi kurikulum yg bongkar pasang ya mbak..begitu meyedihkan memang dunia pendidikan di negara kita
ReplyDeleteBetul mbak disisi lain kasian anaknya di sisi lainnya justru lebih kasian jika diluluskan hanya sekedar rapot dan ijazah terjun ke dunia kerja atau kuliah mereka gak tau apa2 jadinya hmm
ReplyDeletehanya mengejar nilai tanpa mendapat ilmu apalah gunanya, sediiih...
ReplyDeleteBetul mbak hmm
ReplyDelete