Acara Bogor Street Festival dihadiri oleh Bapak Ridwan Kamil, Bapak Bima Arya, Ibu Sinta Nuriyah dan Bapak Dahlan Iskan.
Kemarin tanggal 19 Februari 2019, sepanjang Jalan Surya Kencana dan Jalan Siliwangi/Batu Tulis Bogor ada acara Bogor Street Festival 2019/BSF 2019. Mengusung tema "Katumbiri" Light Festival terinspirasi dan mencerminkan keberagaman suku, adat, budaya dan Agama di Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika. Walau beragam kita tetap satu Indonesia, yang menganut Pancasila.
Aku aja suku Sunda, suamiku Jawa, adik ipar ada yang Sumatera dan suami kakak ipar ada yang Thionghoa. Kita tetap satu menggunakan bahasa Indonesia tetapi agama Islam semuanya kebetulan. Temanku ada yang Kristen dan Katolik bahkan berteman baik sampai sekarang, dulu tinggal di Semarang juga termasuk dirketurku Thionghoa. Hidup dalam keberagaman dalam toleransi itu indah dan damai.
Kalau di Semarang ada Sam Poo Kong dan Semarang Night Carnaval, di Bogor ada juga nih Vihara Dagunan dan Bogor Street Festival.
Aku dan suamiku, aku dan salah seorang peserta festival, aku bersama mbak melly.
Aku aslinya dari Garut, suamiku Ponorogo, temanku Melly dari Lampung, dan si mbak yang ikut festival dari Bogor. Kebetulan domisili kami sekarang di Cibinong Bogor. Kita perginya macet makanya pakai motor, pulangnya jam 9 malam lancar, aku dan mbak Melly udah dari jam 2 siang disini, kami gak sampai jam 12 malam, hanya sampai jam 9 malam, maklum aku gak kuat begadang dan besok juga hari kerja.
Acara ini dihadiri Bapak Ridwan Kamil selaku Gubernur Jabar, Bapak Bima Arya selaku walikota Bogor, Ibu Sinta Nuriyah istri almarhum Gusdur yang ketika beliau menjadi Presiden RI membolehkan adanya perayaan Cap Gomeh di Indonesia. Juga Bapak Dahlan Iskan, aku punya bukunya sepatu Dahlan bagus cerita biografi pak Dahlan dalam novel yang mengispirasi.
Acara juga dihadiri oleh pemuka Agama Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Budha dan Kong Hu Cu.
Katumbiri berasal dari bahasa Sunda artinya Pelangi, Pelangi yang indah warna warni memberi semangat warga Bogor untuk bersatu dalam keberagaraman Indonesia berbagai suku, adat, budaya dan Agama.
Pelangi muncul setelah hujan, hujan identik dengan kota Bogor yang dikenal dengan kota hujan, curah hujan di Bogor tinggi, hujan itu berkah dari Tuhan yang bermanfaat untuk bumi.
Acara BSF ini dimulai dari jam 15.00 sampai 24.00 WIB, pas waktu solat magrib adzan berkumandang selepas pembukaan acara dan berdoa oleh keenam pemuka Agama.
Solat ashar dan magrib aku di dekat parkiran pasar Bogor.
Acara Bogor Street Festival meriah, ada paduan suara dari SMU, marching band anak SD, drumband dari para tentara, barongsai, festival tari katumbiri, dan angklung dari oma dan opa.
Menurut bapak Arifin sebagai ketua penyelenggara BSF 2019, nilai toleransi, pluralisme dan keberagaman budaya bangsa Indonesia sebagai pemersatu bangsa dalam NKRI tersirat dalam acara Katumbiri Light Festival ini.
Sebelum acara dibuka ada drumband, marchingband, bedug Banten dan hadroh. Pembacaan wangsit Siliwangi dengan banyak petuah di dalamnya.
Wayang Panjalu Ciamis, Reog Ponorogo, bahkan dari India juga ada.
Bapak Ridwan Kamil dan Bapak Bima Arya memberikan sambutannya untuk acara BSF 2019 ini, makin malam makin meriah, selepas solat Magrib aku pun sempat mengabadikan Reog Ponorogo, serasa balik ke rumah mertua heuheu yang dekat alun-alun Ponorogo dan makam batoro katong.
Wayang Panjalu ada cepot, dewala dan semar. Juga tarian tradisional disuguhkan acara ini, sayang aku pulang jam 9 malam, jadi tak sempat melihat naga, barongsai dan tarian katumbirinya. Cuma untungnya karena udah hadir dari jam 2 siang, sempat lihat waktu mereka latihan.
Meriah yang ikut pawai di Bogor Street Festival.
Yang ikut memeriahkan BSF 2019 yaitu 45 pengisi acara dari sanggar, komunitas, organisasi kemasyarakatan di panggung Suryakencana dan hotel 101, 1000 pelaku seni dan budaya. Tari-tarian, hiburan rakyat, wisata kuliner, musik, paduan suara, angklumg hingga pemutaran film pendek.
Kesenian dari Ciamis, Indramayu, Sumedang, Kabupaten Bandung juga ikut memeriahkan acara BSF 2019 ini. Kekayaan Nusantara khas Papua, Bali, Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan, seni India Jawaharlal Nehru Indian Cultural Centre/JNICC, dan kesenian Tainan City.
Di area May Bank ada kuliner Tradisional yaitu Soto Kuning khas Bogor, Toge Goreng, Doclang Matarena, Es Pala, Lo Mie yang bertahan hingga 25 tahun terakhir ini.
Hadiah pulsa 50K dan kaos, mug, kopi oplet dan 3 kue keranjang ini hadiahku menang Lomba instagram CGM festival 2019
Kue keranjang filosofinya adalah Nian Gao, kata Nian sendiri berarti tahun dan Gao berarti kue dan juga terdengar seperti kata tinggi, oleh sebab itu kue keranjang sering disusun tinggi atau bertingkat. Makin ke atas makin mengecil kue yang disusun itu, yang memberikan makna peningkatan dalam hal rezeki atau kemakmuran. Nah Alhamdulillah aku setiap tahun selalu aja ada yang ngasih, dulu waktu belum nikah dari relasi bapakku, waktu kerja di Semarang dari direkturku, dan sekarang menang lomba Instagram CGM ketika tinggal di kabupaten Bogor.
Para tamu disuguhi jeruk imlek, identik dengan cap go meh.
Jeruk dalam bahasa Mandarin ‘chi zhe’, ‘chi’ artinya rezeki, dan ‘zhe’ berarti buah. Jadi jeruk buah pembawa rezeki. Selain secara harfiah artinya buah pembawa rejeki, warna oranye cantik juga dianggap sebagai lambang emas yang berkonotasi pada uang. Konon disebut jeruk mandarin karena dulu, jeruk ini hanya disediakan untuk para pejabat di pengadilan Cina kuno.
Acara BSF 2019 ini dihiasi barisan lampion, atraksi Liong dan barongsai yang ditunggu masyarakat Bogor. Pesta Rakyat CGM ini ajang budaya pemersatu bangsa, dari Bogor untuk Indonesia. Seru deh kemarin bisa nonton langsung.
Sekarang makin kreatif dan makin banyak acara positif kayak gini, ya, kereeen
ReplyDeleteIya mbk wuri agar bangsa kita yang kaya alam dan budayanya gak gampang dipecah belah, tapi bersatu dalam keberagaman menuju Indonesia makin jaya :)
DeleteWah seru bgt ya eventnya. Kayaknya baru tahun ini ya ada acara begini di bogor?
ReplyDeleteSudah dari tahun kemarin mbak ida :)
Deleteacaranya kayakya seru ya mbak. menggambarkan bhineka tunggal ika...dan semua orang disana ngeblend jadi satu nggak membeda bedakan
ReplyDeleteIya betul sekali ola, acara ini sebagai ajang pemersatu bangsa :)
DeleteBaca ulasan Mbak Vita aku jadi tahu kalau hampir di setiap daerah tradisinya hampir sama tapi beda nama ya. Nambah wawasan bahasa juga kalau ternyata pelangi di bahasa Sunda adalah Katumbiri. Nama yang unik
ReplyDeleteIya mbak ika, adat budaya semua suku di Indonesia ini memang unik :)
DeleteOh Katumbiri artinya Pelangi ya mbak.. memang budaya kita warna-warni seperti pelangi ya mba.. duh kangen Bogor euy
ReplyDeleteIya betul sekali mbak tanti, hayuk atuh ameng deui ka Bogor :)
DeleteDuh meriah banget, aku belum pernah ikutan ginian, asa lieur kalau padat hihi ternyata asyik yaa, kalau balik ke Bogor aku pasti cari es pala hihihi
ReplyDeleteIya ini padet pisan kalau mobil hak gerak, motor masih bisa cjma aduh asap kendaraannya, cuma sepanjang surya kencana aja, yang gak ngeliput juga gak boleh mendekat, jadi rakyatbmah nontonnya di luar heuheu, rame padat seru, lieur saeutik pabeulit rang orang ma nu ikut festival, tapi ramelah :)
DeleteMeriah ya jadi kangen Bogor, aku di Semarang aja belum pernah ikut night carnaval malas umpel-umpelan hihihi
ReplyDeleteAku pernah 2x abis pulang kerja nonton kebetulan kelewatan, terus mau di semarang atau bogor, kalau mau nonton jangan pakai mobil ke tkp tapi pakai motor aja heuheu
DeleteKue keranjangnya di iris digoreng sama telur yang dikocok enak banget itu Mba Vita, dulu kegemaranku begitu waktu di Hongkong hahaha
ReplyDeleteAku gagal nonton ini, udah pulang ke Semarang. Aslinya sih pengen deh lihat karnaval kayak gini, akulturasi budaya yang cakep
ReplyDeleteMenarik mb... semoga kapan-kapan berkesempatan nge-live di sana...
ReplyDelete