Memilih Sekolah Itu Bukan Ego Ortu Tapi Harus Bikin Anak Bahagia
Vita Pusvitasari
March 18, 2023
0 Comments
Aku dan suamiku mulai mikirin anak-anak itu dari sebelum mereka hadir, tentu bagi kami di usia kepala 4 baru punya bayi dan balita, dimana teman-teman seangkatan kita mungkin anaknya udah SMP atau SMU. Tapi Alhamdulillah setelah penantian panjang, berbagai usaha dan doa punya anak juga malah Allah kasih bonus.
Nah jaman kita dulu sekolah negeri itu favorit, swasta jaman dulu jika negeri tak lolos seleksi baru sekolah di swasta. Era jaman sekarang itu kebalikannya, banyak ortu nyekolahin anak di swasta dengan biaya mungkin jaman kita kuliah dulu angkatan tahun 1999 dan 2000 ya. Bagiku tak masalah sih jika ortunya mampu, asal tak memaksakan diri pinjam sana sini demi gengsi atau anaknya depresi kelelahan les ini itu. Perhatikan juga jarak rumah tempat tinggal dengan sekolah, ya betul sistem zonasi, agar anak gak bosan jenuh capek di jalan, biar gak 'bad mood' buat belajar.
Dan jangan jadikan anak obsesi kita, atau demi puasin ego kita, iya bangga demi gengsi, ingat di mata Allah derajat manusia itu sama, bukan karena rupa, harta dan tahta. Cuma emang ya di negara kita tingkatan status sosial masih ada. Memang anak kesempatan kedua kita, harus lebih baik dari kita, cuma gak usah dituntut rangking 1 atau dapat piala ini itu. Tapi jika memang pintar dan berprestasi ya Alhamdulillah, tetap disiplin tapi tak memaksakan kehendak kita sebagai ortu.
Nah balik lagi ke sekolah, kita sebagai orangtua wajib mendidik anak agar mandiri, beradab, berahlak dan berilmu. Walau kita sekolahin formal baik negeri dan swasta anak itu butuh kasih sayang kita, kehadiran kita secara utuh baik jiwa dan raga buat mengajari berbagai hal dan wawasan juga mengarahkan, selain kita support biaya pendidikan tentunya.
Benar kita harus tanya emosi anak, "Nak apakah kamu bahagia", ini penting banget, karena pada akhirnya sukses, sehat, selamat perlu hati bahagia yang tenang dalam hidup ini. Bukan uang, mainan atau sekolah yang mahal saja, perhiasan dunia lainnya, tapi kepuasan batin anak, ingat bukan ortunya. Libatkan anak dalam memilik sekolah yang dia mau, tapi bukan memanjakan, anak pun harus tahu mana benar salah konsekuensi, dan ajari toleransi. Plus tanamkan aqidah tauhid yang kuat bahwa dia muslim, tapi harus tetap baik kepada semuanya, NO SARA.
Kelak anak kita akan berkelana menjelajah dunia yang terdiri dari banyak sekali perbedaan, jangan 'shock culture', tapi bisa menghargai perbedaan itu. Aku dan suamiku pun bukan berasal dari ortu kaya raya atau istilah sekarang keluarga Sultan. Tapi kelas menengah dari gaji ibu bapak PNS, kita sukses menurut versi kita ya, bukan bicara angka dan nominal tapi kami ketika menikah sudah bisa mandiri, ortu hanya bantu doa dan menyekolahkan hingga kuliah profesi. TK kami biasa aja TK umum, SD, SMP, SMU juga kuliah kami negeri, walau aku sempat S-1 di swasta tapi bukan yang mahal amat, terjangkaulah. Tapi jika mengingat masa sekolah saat itu ya Alhamdulillah banget. Dan sekarang setelah ada anak-anak hidup Alhamdulillah sukses versi kami, yang belajar terus memperbaiki diri dan mensyukuri berbagai kemudahan hidup kami.
Nah pengalaman hidup ini di usia kami sekarang kami terapkan kepada anak-anak, mampu InsyaAllah sekolah yang mahal swasta selama kami usaha dan doa Allah jamin rezeki itu. Tapi kami mau membuktikan saja ke anak-anak bahwa gaya hidup sederhana gak usah mewah, bisa sukses InsyaAllah sekolah di TK umum, SD, SMP, SMU negeri atau PTN favorit, karena apa semua anak itu pintar dan bisa belajar plus ada faktor doa selain takdir yang tertulis di Lauhul Mahfuz agar kita beruntung, selama kita rajin solat Fadhu dan ngaji Alquran dan maknanya, amalkan di keseharian.
Pengalamanku ngajar D1 dan SMK kita hidup itu bukan hanya pintar menghafal teori, kita harus punya wawasan dan skill komunikasi, mengolah emosi juga pintar sosialisasi. Ingat bahasa daerah, bahasa Nasional dan asing juga penting plus melek digital di era globalisasi dan literasi digital ini.
Tetep ya balik lagi sekali lagi, kita menyekolahkan anak di usia dini kita bekali dulu madrasah utama di rumah, dan jika anaknya mau ya gak masalah asalkan tetap bahagia tak kehilangan masa bermainnya.
Kenapa bahagia itu penting, karena itu hati perasaan kita dan ajarkan anak hanya bergantung sama Allah plus selalu bersyukur. Jangan bersandar pada hal duniawi uang, kendaraan atau emas. Kita butuh itu semua buat hidup dan ibadah tapi hal itu bukan segalanya, melainkan ketenangan jiwa selalu berbaik sangka dan bersyukur, merasa cukup dan bahagia.
Jadi mahal murah sekolah, negeri swasta sekolahnya tak dijadikan patokan ya untuk menentukan kita sukses di masa depan, termasuk nanti di akhirat agar selamat. Justru kita pakai logika bukan gengsi mengingat usia pensiun anak pertama baru SMP InsyaAllah, jadi kita pun gak mau kerja keras bagai kuda, tapi kerja cerdas juga bahagia agar panjang umur membersamai anak-anak sampai dewasa kelak. Memang ujungnya di dunia fana ini semuanya perlu label kertas baik dari akte lahir, ijazah TK, SD, SMP, SMU, universitas, bahkan paspor dan akte kematian.
Satu hal yang perlu dicatat kita harus kaya hati, kaya iman dan ilmu juga kaya harta. Tapi yang paling kaya itu kaya hati bukan makan hati ya, dan sepintar apapun, sekaya harta segimanapun, banyak gelar berapapun tetap jadi orang baik, inilah yang akan membuat kita sukses dunia akhirat InsyaAllah.